Selasa, 15 November 2016

Waspada! Dukun Putih Berkeliaran di Sekitar Kita

Waspada! Dukun Putih Berkeliaran di Sekitar Kita

TAHUN 2000 Indonesia pernah dijuluki oleh sebuah majalah di Negeri ini dengan sebutan “Negeri Berjuta Kesaktian”. Pasalnya saat itu banyak sekali pameran dan show dari perkumpulan dukun dan paranormal. Berjalanya waktu dengan semaraknya dakwah Tauhid wal Sunnah segala sesuatu yang sifatnnya perdukunan hilang dengan cepatnya.
Namun beberapa Pekan ini, Indonesia kembali di hebohkan dengan tertangkapnya para Dukun Putih karena disebabkan beberapa kasus yang menimpanya. Disebut dengan Dukun Putih karena dalam ajaran mereka membawa bawa beberapa syariat Islam yang dipadu dengan ajaran kejawen dan sesat lainya.
Tertangkapnya Gatot Brajamusti, yang di sinyalir sedang pesta sabu-sabu menjadi sebuah catatan penting yang harus kita sadari. Bahwa para dukun itu selalu menyimpang dari ajaran Islam. Anehnya, banyak sekali orang yang percaya termasuk kalangan artis mengikuti ajaranya. Sehingga terdengar kabar ada beberapa tindakan amoral dan pemakaian sabu-sabu dalam ritualnya dengan sebutan “ASMAD”.
Di Jawa Timur, kita dihebohkan dengan tertangkapnya si Dukun Putih Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Kanjeng Dimas dengan menjanjikan bisa mengandakan uang dan keselamatan serta kaya dengan cara kilat. Banyak sekali umat Islam yang tergiur dengan ajaran yang penuh kesesatan ini. Lucunya ada juga tokoh nasional yang dipandang hebat dalam perpolitikan dan bertitle tinggi dalam pendidikan tapi juga masih percaya dengan Dukun Putih ingusan ini. Naudzubillah.
Waspada Metamorfosa Paranormal
Di dalam Islam, perdukunan adalah sesuatu yang terkutuk. Karena itu merupakan tindakan kekufuran. Yang akan menghapus semua amal karena perdukunan adalah kesyirikan yang nyata.
“مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ؛ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً”
Barangsiapa mendatangi peramal, lalu ia bertanya tentang sesuatu padanya; maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh malam.” (H.R. Muslim (IV/1751 no. 2230) dari sebagian istri Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam).
Hadits lain memberikan statemen yang lebih keras lagi,
“مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ سَاحِراً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ؛ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ”.
Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang sihir lalu mempercayai apa yang dikatakannya; maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.” (H.R. Al-Bazzar (V/315 no. 1931) dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu dan sanad-nya dinilai sahih oleh Ibnu Katsir [lihat: Tafsîr Ibn Katsîr (I/393)].
Berjalanya waktu, mereka para dukun sudah tak mau lagi terang terangan dengan gaya meraka. Tetapi mereka melaju cepat dengan perubahan agar masyarakat tetap setia dengan mereka.
Kini praktek praktek perdukunan bukan lagi di hiasi dengan ornamen tengkorak dan menyan tapi sudah menggunakan kaligrafi Arab biar terkesan Islami. Bahkan dalam ritual-ritual mereka kini tersisipi dengan ayat Al-Quran dan doa-doa berbahasa Arab. Padahal semua itu hanya tipu daya mereka.
Semoga Allah membimbing kita selalu dalam petunjuknya, menjaga dalam Sirotol Mustaqim hingga akhir hayat kita. Alhamdulilah.* [Protonema/Syaf/voa-islam.com]

Dukung dan Pilih Kafir Jadi Pemimpin, Munafik Diancam Siksa Berat


Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Al-Qur'an beri perhatian sangat besar terhadap kaum munafikin dengan menyingkap hakikat mereka, menyebutkan sifat-sifat buruk mereka berupa kebohongan, tipuan, intrik politik yang mereka mainkan, dan bencana yang mereka ingin timpakan kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan kaum mukminin.
Borok mereka disingkap di sejumlah surat dalam Al-Qur'an; seperti surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Nisa’, Al-Maidah, Al-Anfal, Al-Taubah, Al-Ankabut, Al-Ahzab, Al-Fath, Al-Hadid, Al-Hasyr, Al-Munafiqun, Al-Tahrim, dan selainnya.
Awal surat Al-Baqarah saja, jelaskan tentang tentang munafikin lebih banyak dibandingkan muttaqin dan kafirin. Orang bertakwa hanya 4 ayat, lalu tentang oraag-orang kafir 2 ayat (ayat ke 6 dan 7), sedangkan untuk munafikin dari ayat ke 8 sampai 20.
Banyaknya sifat munafikin yang disebutkan di Al-Qur'an agar kita mewaspadai keberadaan mereka di setiap masa dan periode supaya tidak terpukau dengan ocehan mereka, tidak hanyut dalam tipuan syubuhat mereka, dan tidak tertipu dengan intrik politik mereka.
هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Mereka (munafikin) itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Al-Munafikin: 4)
Mereka adalah musuh hakiki yang menyusup dalam tubuh kaum muslimin untuk memecah belah barisan mereka dan memukul mereka dari belakang.
Munafikin membawa misi kekufuran dan bekerjasama degan kuffar untuk hancurkan Islam dan kaum muslimin. Maka pastaslah jika Allah ancam mereka dengan adzab pedih di kerak neraka paling bawah.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا  
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. Al-Nisa’: 145)
Ibnu Katsir Rahimahullah jelaskan, mereka berada di Asfalin Naar (neraka paling bawah) pada hari kiamat sebagai balasan atas kekufuran mereka yang sangat besar.
Syaikh Al-Sa’di menambahkan keterangan, mereka berada di kondisi siksa paling buruk. Mereka berada di bawah semua orang kafir karena munafikin tersebut membersamai kuffar dalam kekafirannya kepada Allah dan memusuhi Rasul-Nya. Mereka mensupport orang-orang kafir dalam membuat makar dan tipu daya dengan berbagai permusuhan terhadap kaum mukminin tanpa mereka sadari.
Yang menarik, sifat munafik yang Allah sebutkan sebelum menjatuhkan vonis berat tersebut adalah loyalitas mereka kepada orang-orang kafir dengan meninggalkan orang-orang beriman. Di mana Allah larang keras orang-orang yang mengaku beriman memiliki sifat demikian ini.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS. Al-Nisa’: 144)
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini, “Allah Ta’ala melarang para hamba-Nya yang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai wali, bukannya orang-orang beriman.”
Kemudian beliau jelaskan makna menjadikan wali di sini, “berteman, saling percaya (setia), saling perhatian, menyimpan kecintaan kepada mereka, dan mengumbar rahasia kaum mukminin kepada mereka.
Kemudian beliau sitir ayat lain yang memiliki makna serupa,
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكافِرِينَ أَوْلِياءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kalian akan diri-Nya.” (QS. Ali Imran: 28)
Kemudian Allah peringatkan jika orang-orang beriman tetap nekad mendukung dan memilih orang kafir sebagai wali (di antara makna terapannya sebagai pemimpin), “Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS. Al-Nisa’: 144) Yaitu, alasan Allah menyiksa kalian.
Kemudian Allah sebutkan di ayat 145 tentang predikat yang disandang orang yang melanggar peraturan Allah di atas dan siksa yang mereka dapatkan, yaitu orang-orang munafikin berada di kerak neraka paling bawah.
Akibat dukung dan pilih pemimpin kafir, orang mengaku Islam berlabel munafik, sehingga disiksa dengan hukuman berat di akhirat.
Ayat lain yang serupa kita temukan di beberapa ayat sebelumnya,
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. Al-Nisa’: 138-139)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengawali penafsiran ayat ini dengan menjelaskan maksud munafikin yang mereka beriman, lalu kafir, lalu Allah tutup hati mereka. Di penafsiran ayat sebelumnya, “Berlanjut dan bertambah kesesatannya sehingga ia mati.”
Kemudian Allah sebutkan sifat munafikin tersebut bahwa mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai wali (baca: pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang beriman. Maknanya, hakikat mereka bersama orang-orang kafir, mendukung dan menyimpan kecintaan kepada mereka.
Sementara Syaikh Abdurrahman Al-Sa’di menjelaskan, orang-orang munafikin adalah mereka yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran mendapat kabar yang paling buruk dan jelek, yaitu siksa yang pedih. Semua itu disebabkan mereka mencintai orang-orang kafir, beri loyalitas (dukungan), dan menolong mereka dengan meninggalkan loyalitas kepada kaum mukminin.
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi di Aisar Tafasirnya menambahkan bahwa siksa yang mereka terima bukan hanya di akhirat saja. Di dunia mereka diancam dengan kerendahan, kehinaan, dan hukuman mati. Sedangkan di akhirat diancam dengan siksa paling buruk dan dahsyat. Semua ini pantas mereka dapatkan karena busuknya jiwa mereka dan gelapnya ruh mereka.
Kemudian Allah Ta’ala sebutkan sifat mereka yang paling buruk, “(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin.” Mereka memberikan kecintaan, pertolongan (dukungan) dan loyalitas kepada orang-orang kafir. Bersamaan dengan itu mereka mengharamkannya dari orang-orang beriman. Sebabnya, hati mereka telah kafir dan penuh dosa. Keimanan tidak masuk di relung hatinya.
Penutup
Jika sekarang kita menyaksikan ada orang berlabel muslim mati-matian membela calon pemimpin kafir dan menjadi tim suksesnya, jangan heran, karena munafik ada sepanjang zaman dan hadir di setiap periode.
Kewajiban kita adalah menyambut peringatan Al-Qur'an tentang munafikin sehingga mewaspadi keberadaan mereka di tengah-tengah umat, memantau langkah dan trik mereka untuk hancurkan Islam dan kaum muslimin. Karena sebenarnya mereka benci kepada Islam dan memusuhi kaum muslimin. Kerja mereka mencari keridhaan orang kafir dan beri dukungan mereka untuk meraih kekuasaan dan kepemimpinan. Waspadalah! Waspadalah! Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]