
Kesibukan dunia, menjadikan
sebagian besar manusia tidak peduli lagi dengan urusan agamanya. Banyak
perintah Allah tidak dilaksanakan dan berbagai macam perbuatan
kemaksiatan dilakukan. Perbuatan kemaksiatan dengan segala macam
bentuknya menjadi hal yang biasa dan lumrah untuk dilakukan. Termasuk
juga perbuatan maksiat yang paling bahaya, dosa besar yang paling besar,
dan kezaliman yang paling zalim, yaitu perbuatan syirik.
Sudah menjadi sunnatullah, bahwa kesyirikan
akan terus ada pada setiap zaman. Termasuk di zaman kita hidup sekarang
ini, berbagai bentuk ritual kesyirikan terjadi dimana-mana. Bahkan
kesyirikan hasil tipu daya iblis yang terjadi di masa kini lebih parah
daripada kesyirikan yang terjadi di masa jahiliyah saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Kenapa bisa demikian ? Simak uraian singkat dalam artikel berikut.
Kini, Syirik Terjadi Dalam Uluhiyyah dan Rububiyyah
Orang musyrikin zaman jahiliyyah hanya melakukan kesyirikan dalam masalah uluhiyyah (peribadatan). Mereka tetap mengakui tentang rububiyyah Allah, bahwa hanya Allah saja yang mencipta, memberi rezeki, dan mengatur segala urusan mereka. Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ
وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ
الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن
يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“ “Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi
rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan
menjawab: ‘Allah.’ Maka katakanlah ‘Mengapa kamu tidak bertakwa
kepada-Nya?’.” (Yunus: 31).
Meskipun kaum musyrikin jahiliyyah menyekutukan Allah
dalam ibadah, mereka tetap meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan
mereka dan memberi rezeki serta mengatur urusan mereka.
Lalu bagaimana keadaan musyrikin di zaman sekarang
ini? Di antara mereka ada yang berkeyakinan bahwa yang memberikan jatah
ikan bagi nelayan, yang mengatur ombak laut selatan adalah Nyi Roro
Kidul. Ada pula yang meyakini bahwa ada Jin sebagai penguasa Gunung
Merapi. Ada pula yang meyakini bahwa yang mengatur urusan hasil panen
mereka adalah Dewi Sri. Padahal tidak ada seorang pun yang dapat
mengatur alam semesta kecuali Allah Ta’ala. Ini adalah hak khusus Allah dalam rububiyyah-Nya.
Dahulu kaum musyrikin masih mending, mereka hanya melakukan kesyirkan dalam uluhiyyah, namun tetap mengakui rububiyyah. Adapun kesyirikan zaman ini, terjadi dalam masalah rububiyyah dan uluhiyyah. Sungguh, betapa keterlaluan dan lancangnya terhadap Allah, Sang Pencipta alam semesta !
Kini, Syirik Terjadi Di Waktu Senang dan Susah
Dahulu orang-orang musyrik jahiliyyah di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukan perbuatan syirik ketika dalam kondisi lapang saja. Tatkala
merkeka dalam kesempitan dan kesusahan, mereka meninggalkan perbuatan
syirik dan hanya mentauhidkan Allah. Mereka tinggalkan sesembahan mereka
dan hanya berdoa meminta kepada Allah saja. Allah kisahkan tentang
kodisi mereka :
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ
إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Namun tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)” (Al Ankabut : 65).
وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ
ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ
أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya
hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia
menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah
selalu tidak berterima kasih.” (Al Isra’:67)
Itulah keadaan musyrikin zaman dahulu. Mereka
melakukan kesyrikan tatkala kondisi lapang. Namun tatkala dalam kondisi
kesulitan dan kesempitan, mereka hanya berdoa kepada Allah saja.
Bandingkan dengan kodisi musyrikin di masa kini.
Perbuatan syirik terjadi setiap saat, baik kondisi senang maupun susah.
Ketika kondisi senang, misalnya ada acara pernikahan, hendak membangun
rumah, sehabis panen hasil pertanian, mereka melakkan perbuatan syirik
dengan memberi sesaji kepada selain Allah. Demikian pula dalam kondisi
kesulitan. Tatkala ada musibah bencana, memberikan sesaji kepada selain
Allah sebagai tolak bala. Tatkala ada barang yang hilang, meminta
bantuan ke paranormal. Tatkala menderita sakit, datang berobat kepada
dukun. Demikianlah kondisi musyrikin zaman ini, kesyirikan terjadi saat
kondisi senang maupun susah.
Kini, Ahli Maksiat Dijadikan Sesembahan
Objek sesembahan kaum muyirkin zaman dahulu lebih
mending daripada kaum musyrikin zaman ini. Kaum musyrikin zaman dulu
menyembah Nabi, malaikat
dan orang-orang shalih. Sebagian dari mereka ada juga yang menjadikan
benda-benda mati sebagai sesembahan seperti matahari, bulan. batu,
pohon, dan berhala. Benda-benda tersebut adalah benda mati, yang
notabene tidak pernah bermaksiat kepada Allah.
Bagaimana dengan sesembahan musyrikin zaman ini?
Adapun musyrikin zaman ini, banyak di antara mereka menjadikan kuburan
orang-orang ahli maksiat sebagai sesembahan. Banyak orang yang
berbondong-bondong ngalap berkah ke makam Pangeran Samudro dan Nyai
Ontrowulan di Gunung Kemukus, Sragen. Dikisahkan bahwa mereka berdua
adalah seorang anak dan ibu tiri (permaisuri raja) dari kerajaan
Majapahit yang berzina, kemudian mereka diusir dari kerajaan dan menetap
di Gunung Kemukus hingga meninggal. Konon sebelum meninggal Pangeran
Samudro berpesan bahwa keinginan peziarah dapat terkabul jika melakukan
perbuatan zina seperti apa yang ia lakukan bersama ibu tirinya. Sehingga
sebagai syarat “mujarab” untuk mendapat berkah di sana, harus dengan
berzina terkebih dulu.
Lihatlah, betapa orang-orang musyrik zaman dahulu
lebih berakal daripada orang-orang musyrik sekarang ini. Sesembahan
mereka adalah makhluk yang mulia, atau minimal benda-benda mati yang
tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah. Adapun musyrikin zaman ini,
orang-orang yang sudah jelas ahli maksiat di masa hidupnya, kuburannya
dijadikan sesembahan selain Allah. Allahul musta’an.
Bentengi Diri Dengan Tauhid
Pembaca yang dirahmati Allah, sungguh fenomena
kesyirikan telah merebak di sekitar kita. Dari kesyirikan yang
tersembunyi sampai bentuk yang paling dhohir, baik itu syirik besar
maupun syirik kecil. Di kota hingga pelosok desa marak dengan kegiatan
syirik. Kesyirikan di zaman ini tidak mengenal waktu, baik siang maupun
malam, baik dalam kondisi susah maupun senang. Media yang beredar juga
tak ketinggalan menawarkan berbagai bentuk kesyirikan. Bahkan para
cendekiawan muslim yang dianggap tokoh agama pun ikut andil dalam
mendakwahkan kesyirikan.
Wahai saudaraku, hati ini sangat lemah. Sungguh, dengan fenomena tersebut, hati kita memiliki kecenderungan untuk mudah terjerumus dalam syirik. Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali membentengi diri kita dengan ilmu tauhid
yang benar dan berusaha untuk mempelajari kesyirikan agar kita dapat
menjauhinya. Usaha doa pun harus senatiasa kita lakukan. Semoga Allah Ta’ala meneguhkan kita di atas jalan tauhid sampai ajal menjemput kita.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
***
Sumber bacaan : Syarh Al Qawaidul Arba’ karya Syaikh Shalih Alu Syaikh hafidzahullah
Penyusun : Adika Mianoki (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi)
Artikel Muslim.Or.Id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar