
Di surga mereka juga akan saling mencari. Mereka ingin bersua dan dipertemukan kembali dengan keluarga dan para sahabat dahulu [ilustrasi]
LEBARAN hari raya di negeri ini biasanya identik dengan musim mudik alias pulang kampung. Ada bahagia yang tak terkira jika bisa berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Tak heran sebagian orang bahkan rela berkorban dan bersusah payah di perjalanan sekedar untuk bertemu kembali dengan orang-orang yang dicintai tersebut.
Kebiasaan tersebut rupanya sekaligus fitrah bagi manusia. Kelak di surga mereka juga akan saling mencari. Mereka ingin bersua dan dipertemukan kembali dengan keluarga dan para sahabat dahulu. Digambarkan, jika saling berjumpa maka penduduk surga itu lalu saling bertegur sapa sambil tersenyum bahagia.
Allah berfirman:
وأقبل بعضهم على بعض يتساءلون ، قالوا إنا كنا قبل في أهلنا مشفقين ، فمن الله علينا ووقانا عذاب السموم
“Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata: Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab). Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.”(Surah ath-Thur [52]: 25-27).
Layaknya nostalgia keluarga, orang-orang beriman yang dimasukkan ke surga memilih kumpul bersama keluarga dan saling mengingat kenangan lalu mereka. Mulai dari kisah kepayahan mereka dalam menjalankan ketaatan hingga sulitnya mereka bertahan dari serbuan godaan dan bisikan untuk melaksanakan kemaksiatan di dunia. Semua itu diselingi dengan pujian kepada Allah yang menjaga mereka dengan limpahan rahmat-Nya.
Menurut mufassir Ibn Katsir, di sela cengkerama penduduk surga, mereka lalu saling menjamu dengan suguhan semua jenis minuman dan makanan yang bebas diambil dari mana saja. Dalam riwayat lain, ada yang bertanya, bagaimana cara kalian meraih surga? Jawab mereka, kami senantiasa saling memelihara serta mengingatkan di antara keluarga. Kami selalu khawatir dan takut sekiranya ada di antara anggota keluarga yang tergelincir ke dalam neraka.
Visi Keluarga dalam Islam
Bagi orang beriman, pernikahan bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan biologis manusia. Ibarat suatu perjalanan, keluarga hanyalah terminal singgah menuju pemberhentian akhir di hari Kiamat. Perannya vital, sebab keluarga adalah kumpulan orang terdekat yang paling banyak berinteraksi dalam kehidupan seseorang. Mereka bisa mempengaruhi pertumbuhan iman dan amal seorang Muslim. Orang itu tergantung atas agama sahabat dan orang-orang yang digaulinya. Demikian Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) bersabda.
Untuk itu, tujuan utama keluarga Muslim adalah saling menjaga dan mengingatkan agar terhindar dari siksa neraka. Visi besar itu tentu membutuhkan persiapan dan pengorbanan yang tak sedikit. Ada godaan dan cobaan yang pasti menyertai perjalanan berkeluarga, terlebih di tengah arus materialisme dan hedonisme saat ini.
Salah satu problema berkeluarga adalah menyangka bahwa setelah pernikahan itu semua urusan lalu beres dan selesai. Berikutnya ia merasa tidak mau berhadapan dengan masalah. Sebab yang tersisa di benaknya hanyalah bersenang-senang dan menikmati hidup tanpa susah.
Akibatnya, keluarga dijalani tanpa memiliki visi dan misi yang jelas. Berfoya-foya dan bergaya hedonis menjadi style keluarga setiap saat. Alih-alih membangun kebaikan bersama keluarga yang lainnya, ia sendiri tenggelam dalam ilusi kesenangan duniawi tanpa tahu kemana keluarganya hendak dikemudi.
Keluarga demikian biasanya seringkali lalai dengan komitmen tujuan berkeluarga. Yaitu saling mengingatkan dan menegur jika di antara mereka lalai akan pedihnya neraka Jahannam kelak.
Sebagian orang tua ada juga yang keliru menganggap tugas mendidik keluarga sudah selesai dengan mengirim anaknya ke sekolah-sekolah mahal. Merasa bahwa pendidikan anak adalah tugas guru di sekolah atau ustadz serta kiai di pesantren. Akibatnya orang tua tak mau tahu dengan perkembangan anak-anaknya. Ia menduga tugasnya selesai dengan membiayai anak-anaknya sekedar sekolah dan kuliah tinggi-tinggi.
Allah berfirman:
ياأيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Surah at-Tahrim [66]: 6).
Mari kita menjaga diri dan keluarga kita semua agar terhindar dari api neraka. Kita berharap agar Allah Subanahu Wata’ala bisa mempertemukan masing-masing kita dengan keluarga besar, sahabat dan karib kita bereuni di Surganya Allah. Amin.*/Masykur Abu Jaulah
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar