Minggu, 19 Juni 2016

Membatasi Kebutuhan Kita terhadap Dunia


Jika kebutuhan manusia atas makanan, pakaian, dan tempat tinggal melebihi dari batas kebutuhannya, akan menyebabkan dirinya menuju ke dalam kehancuran.
Membatasi Kebutuhan Kita terhadap Dunia (1)
Ilustrasi.


















YANG harus diketahui oleh manusia adalah, yang dibutuhkannya dari dunia berupa makanan yang cukup untuk dapat melangsungkan kehidupan dan beribadah. Dan manusia membutuhkan pakaian yang dapat menutupi auratnya serta menjaga kehormatannya.
Di samping itu, manusia membutuhkan tempat tinggal untuk menjaga dan memelihara keluarga serta anak-anaknya. Jika mereka membiasakan dirinya untuk tidak rakus terhadap dunia dan menerima apa adanya, maka hal itu akan dapat menghilangkan kecondongannya terhadap kemewahan dan menyucikan hatinya. Di samping itu, dapat memudahkan dirinya untuk mengingat akhirat dan mendorongnya mempersiapkan hidup di akhirat kelak.
Jika kebutuhan manusia dari makanan, pakaian, dan tempat tinggal melebihi dari batas kebutuhannya, maka justeru semua itu akan banyak menyibukkan dirinya. Dan ketika keinginannya semakin meningkat serta bertambah banyak, maka hal itu akan menyebabkan dirinya menuju ke dalam kehancuran.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan, “Aku mendengar bahwa Nabi kalian Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, ‘Barangsiapa yang menjadikan keinginan dunianya menjadi satu dengan keinginan akhirat, maka Allah akan mencukupkan kebutuhan dunianya. Dan barang siapa yang memperbanyak keinginan dunianya (hanya memfokuskan diri pada dunia), maka Allah tidak akan memperdulikan dirinya ketika dalam kehancuran.'” (HR Bukhari dan Muslim).
Dari Abdullah bin Asy-Syikhir Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Aku datang kepada Nabi yang waktu itu beliau sedang membaca ayat, “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.” Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Seseorang dari anak Adam berkata, “Hartaku, hartaku.” (Kemudian dikatakan kepadanya), “Wahai anak Adam, apakah kamu memiliki harta? Apa yang kamu makan telah hilang dan apa yang kamu pakai telah usang. Kecuali apa yang telah kamu sedekahkan maka itu yang akan tersisa.” (HR Ibnu Majah)
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mihshan Al-Anshari Radhiyallahu Anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Barang siapa yang merasa aman dalam keluarganya (atau kampungnya), maka tubuhnya akan bertambah sehat. Dan dia memiliki kekuatan hingga seakan-akan dia mampu mengumpulkan dunia dengan segala isinya.” (HR Muslim dan An-Nasa’i)

PARA ulama memerintahkan murid-muridnya untuk biasa dalam berpakaian, sedikit dalam makan, dan sederhana dalam hidup.
Dari Sufyan Ats Tsauri dari Abu Qais dari Hudzail bin Syarahbil dari Abdullah bin Mas’ud, ia mengatakan, “Barangsiapa yang menghendaki akhirat maka dia akan sengsara di dunia. Dan barangsiapa yang menghendaki dunia maka dia akan sengsara di akhirat. Wahai manusia, sengsaralah di dunia yang sementara ini untuk mendapatkan kebahagian yang abadi.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan oleh Al-A’uzai dari Bilal bin Sa’id bahwa Abu Darda’ berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari hati yang terpana.” Kemudian dia ditanya, “Apa itu hati yang terpana?” Dia menjawab, “Apabila aku menjadikan satu jurang berisikan harta kekayaan.”
Al-Hasan memberikan nasehat kepada para sahabat-sahabatnya, “Sungguh, kita telah berteman dengan segolongan kaum yang mengatakan, “Di dunia ini kami tidak memiliki kebutuhan dan kita diciptakan bukan untuk dunia.” Maka, mereka mencari surga dengan usaha dan jiwanya. Hingga mereka merelakan darahnya tumpah di dunia. Oleh karena itu, baginya kebahagiaan, keselamatan, dan ketentraman. Mereka tidak memiliki banyak pakaian dan juga tidak tidur di atas ranjang. Kamu tidak menjumpainya kecuali mereka dalam keadaan puasa dan hidupnya dihiasi dengan ketundukan serta ketakutan. Jika mereka berkunjung ke rumah saudaranya maka ketika disuguhi makanan, maka makanan tersebut dimakannya. Namun jika tidak, maka mereka akan diam. Mereka tidak bertanya tentang sesuatu, apa ini dan apa itu.”
Imam Ats Tsauri mendidik murid-muridnya seperti hal di atas. Dikisahkan oleh Yahya bin Yaman, ia mengatakan, “Aku pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata, ‘Orang alim adalah dokter bagi agama. Sedangkan dirham adalah penyakit bagi agama. Jika dokter terpikat dengan penyakit, maka kapan dirinya mengobati orang lain?'”
Ali bin Al-Madini berkata, “Aku masuk ke rumah Ahmad bin Hambal, dan di rumahnya aku tidak menemui sesuatu kecuali apa yang telah disebutkannya tentang rumah Suwaid bin Ghaflah Radhiyallahu Anhu tentang kezuhudan dan kerendahan hatinya.”
Sebagian ulama marah ketika mengetahui salah satu muridnya memiliki banyak pakaian, atau mengkhususkan dirinya untuk makan makanan khusus, atau memiliki barang-barang yang mewah. Di antara ajaran mereka adalah; tidak boleh ada yang tersisa di rumah kecuali dua pakaian. Satu, pakaian yang dipakai, dan satunya lagi pakaian yang dicuci. Jika dia membeli pakaian baru, maka dia harus menyedekahkan pakaian yang lama.
Wahai kawan, berapa banyak pakaian yang ada di rumah kita? Dan berapa banyak orang miskin yang membutuhkan pakaian?*/Syaikh Khalid Sayyid Rusyah, dari bukunyaNikmatnya Beribadah.
Rep: Admin Hidcom
Editor: Syaiful Irwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar